Oleh : Intan Kusumawardani
Memandang sejarah hanya sebagai
rentetan peristiwa, dan putaran waktu belaka. Sejatinya mengkerdilkan makna
sejarah itu sendiri. Lebih dari tanggal-tanggal peristiwa di masa lampau yang
kita hafal kala sekolah, sejarah mengandung nilai dan pelajaran yang membantu
kita untuk tidak mengulangi kesalahan, atau meneruskan perjuangan baik yang
telah di lakukan orang-orang di masa lalu. Berikutnya Sebagai kader yang lahir
dari sebuah rahim aktivitas perkaderan di IMM, kita diajarkan untuk tidak
gampang menyimpulkan sesuatu sebelum melakukan kajian dan analisis yang
mendalam. Apalagi memaksakan pendapat kita.
Maka memandang PKI dengan segala dinamika-nya di bumi pertiwi, sampai dibubarkanya. Harus dipandang lebih dalam, dan tidak begitu saja menerima mentah-mentah informasi yang beredar tanpa analisa terlebih dahulu. Dari latar belakang tersebut PC IMM Karanganyar melalui bidang RPK mengadakan diskusi dengan tema “Refleksi sejarah PKI di mata bangsa” yang di laksanakan di Mushola AR. Fakhrudin Karanganyar mulai pukul 13:00 – 17:00 WIB. Dengan pemateri Immawan Muhammad Isnan (demisioner PK IMM Averroes UMS, juga aktif di Lazismu PDM Surakarta).
Sekilas tentang komunisme & PKI
Komunisme memang harus dilawan, wajib. Tapi bukan hanya dengan teriakan takbir, menonton film, doktrin sepihak , atau bahkan membuat cerita-cerita fiktif. Sebab gerakan politik yang paling berpengaruh di abad ke 20 tersebut bisa bangkit kembali melalui jalur yang lain. Memandang PKI bagi kita kader IMM, tentu harus lebih dalam, radikal, bahkan sampai akar pemikiranya.
Romo Franz Magnis Suseno (2019) pernah menyatakan bahwa melawan komunis adalah dengan mengetahuinya bukan menyembunyikannya. Ketua umum Muhammadiyah, Ayahanda Haedar Nashir bahkan tegas menyatakan bahwa perlu obyektivitas dalam memandang sejarah soal PKI. Sebab PKI pernah melakukan pemberontakan dan itu nyata terjadi.
PKI yang dalam banyak hal berplatform sebagai ideolog komunis dalam pendapat saya adalah melalui gagasan Karl Mark. Melalui teori kepemilikan hak bersama dalam sebuah komunitas masyarakat, maka kemudian memunculkan sebuah sistem kapitalis dalam sebuah kelas yang kemudian familiar dengan istilah proletariat, kelompok masyarakat yang tidak memiliki alat-alat produksi. Padahal lawan dari kelompok tersebut adalah pemilik modal yang sering menindas rakyat. Mark pernah membuat ramalan bahwa kondisi perbedaan kelas pemodal dan proletar akan menciptakan pemberontakan karena semangat untuk keluar dari penindasan pemilik modal.
Entah benar atau tidak, angan-angan
Mark tersebut menjadi inspirasi Vladimir Illycih Ulyanov kemudian familiar
dengan Lenin yang melakukan modifikasi gerakan marxisme ala Mark dengan
cita cita beliau yang kemudian menjadi dasar sebagai ideologi partai komunis
yang dia pimpin. Singkatnya kemudian apa yang pernah diramalkan mark menjadi
nyata ketika terjadi revolusi Oktober 1917 dan Lenin merebut kekuasaan di Russia. Pasca
revolusi yang dipimpin oleh Lenin, Rusia berubah menjadi Uni Soviet yang
kemudian dikenal sebagai pusat ideologi komunisme internasional (Komintern)
1919. Lawanya adalah demokrasi dan kapitalisme.
Secara singkat masuknya paham komunisme di Indonesia dibawa oleh Hendrichus Josephus Franciscus Marie Snevlet[1] dari Belanda. Melalui berbagai aktivitasnya di Indonesia, Snelvet melalui ISDV menyusup (infiltrasi) ke Sarekat Islam dan berkat dukungan komunisme internasional (Komintern), gerakan komunis ini menjadi Partai Komunis Indonesia.[2] Tepatnya “pada bulan Mei 1920 organisasi ini berganti nama menjadi Perserikatan Komunis di Hindia dan pada tahun 1924 berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia.[3] Dan kemudian, PKI mulai berkembang di Indonesia. Melakukan indoktrinasi secara masif, dan melahirkan banyak tokoh.
Dalam Ingatan, Itu Semua Adalah Nyawa Manusia
Sejarah pemberontakan PKI sulit dihilangkan dalam benak generasi awal kita. Tragedi berdarah yang menewaskan ribuan nyawa manusia yang pernah dilakukan oleh bangsa sendiri. Dalam buku Indonesia Abad ke-20 karya Moedjanto bahwa salah satu alasan adanya pemberontakan tersebut lantaran PKI ingin menggalangan kekuatan rakyat untuk mewujudkan negara Republik Soviet Indonesia yang berideologi komunis. Ada peran Masyumi sebagai partai yang banyak memiliki peran kepada rakyat yang membentengi rakyat melalui ajaran islam pada masyarakat. dan yang paling menyayat nalar kemanusiaan adalah pemberontakan PKI tahun 1965 dengan operasi pembunuhan beberapa 7 jenderal aktif di 30 September 1965 malam. Dan satu hari setelahnya 1 Oktober 1965 dan operasi penumpasan PKI pun dilakukan. Meminjam istilah sejarawan Anhar Gonggong bahwa kita harus bisa melihat komunisme sebagai ideologi atau sebagai organisasi. Tak ada ideologi yang benar-benar mati, termasuk ideologi komunisme di Indonesia. Bangkit atau tidaknya paham komunisme itu bergantung ruang yang diberikan kepada masyarakat.
Bagaimana sikap IMM ?
Seperti yang dijelaskan di awal, memandang
PKI dengan segala dinamikanya tak bisa hanya sebatas peristiwa di masa lampau.
Setelah mengkaji lebih dalam tentang PKI, kita ketahui bersama cita-cita besar
yang coba diwujudkan PKI adalah masyarakat tanpa kelas, keadaan dimana tidak
ada gap antara pemilik modal dan kaum proletar. Karena modal dan alat
produksi dimilki bersama untuk kemudian hasilnya didistribusikan merata.
Berkaca pada hal ini, bukankah Islam mengajarkan kita untuk selalu membantu
sesama. Lewat syariah zakat misalnya, dimana orang yang berkecukupan
(dengan ukuran tertentu yang sudah ditetapkan) diwajibkan membayar sekian
persen dari apa yang dimilikinya. Untuk kemudian disalurkan bagi mereka yang
tidak mampu. Dan beberapa syariah lain seperti qurban, shodaqoh dll.
Ketika
sosialisme gagal menciptakan kesejahteraan masyarakat equal pada tataran
empirik. Produksi menurun drastis, pertumbuhan ekonomi sangat kecil, lahirnya
manusia yang menuhankan materi. Dan di sisi lain kapitalisme juga gagal
menyejahtrerakan masyarakat, malah hanya memperkaya segilintir orang saja. Maka
Islam menunjukan bahwa kepemilikan modal diperbolehkan, menjadi kaya
dianjurkan. Namun disisi lain Islam mengajarkan kita untuk tidak berlebihan dan
selalu peduli dengan sekitar. Ajaran agama kita begitu seimbang dan sempurna.
Kemudian Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga terbukti dari awal berdirinya
menunjukan kepedulianya terhadap kaum mustadhafin melalui teologi
Al-Ma’un dan terwujud dalam berbagai amal usaha-nya.
Dari
sini IMM harus mengambil sikap, agar tidak sekedar mengikut pada arus-arus yang
ada. Dari diskusi yang berjalan, muncul judul besar “PKI di Mata Kader
IMM : Sebuah Refleksi Merawat Kemanusiaan “ . Memandang kembali
peristiwa pemberontakan PKI di masa lampau yang memilukan memberikan pelajaran
bahwa, tujuan yang baik harus dicapai dengan cara yang baik pula. Melakukan
revolusi yang berdarah-darah serta sistem diktator yang berusaha dibentuk,
malah meruntuhkan PKI itu sendiri. Maka betulah melakukan refleksi tentang PKI
bagi kita kader IMM adalah sarana merawat nalar kemanusiaan kita. Supaya kita
sadar, ber-Islam cukup bagi kita untuk mewujudkan masyarakat sejahtera. Dan
Islam senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan perdamaian.
Di
akhir diskusi, peserta kemudian merumuskan bersama sikap-sikap yang perlu
diambil kader-kader IMM. Berangkat dari judul besar yang didapat dari diskusi
bersama pemateri, kami merumuskan beberapa sikap, yang dibagi dalam ranah
internal dan eksternal kader IMM. Dalam ranah internal (apa yang harus kita
ubah atau tanamkan pada diri kita) antara lain :
1. Tanggal 30 september menjadi momentum kita
meningkatkan kewaspadaan terhadap bangkitnya PKI sesuai ranah IMM sebagai
organisasi mahasiswa yang punya peran intelektual. Dengan cara meningkatkan
wawasan dan memperbanyak diskusi.
Apa yang
perlu dirawat adalah kewaspadaan kita akan bangkitnya PKI, bukan luka di masa
lalu. Jangan sampai momentum 30 September menjadi hari peringatan luka
penghianatan oleh anak bangsa sendiri. Menghadirkan ruang-ruang diskusi pun
harus diniati sebagai upaya meningkatkan wawasan kita. Bukan malah menjadi
sarana gebuk lawan diskusi atau kelompok yang bersebrangan. Nalar
intelektual kudu terus dirawat, agar terbuka fikiran kita dan lebih objektif
memandang sesuatu.
2. Memperkuat pemahaman tentang ideologi
muhammadiyah dengan memperbanyak kajian dan diskusi dalam rangka membentengi
kader IMM dari ideologi-ideologi yang menyimpang dari muhammadiyah.
Perlu
disadari pula, sebelum mengkaji ideologi dan pemikiran dari luar, pemahaman
kita akan ideologi Muhammadiyah perlu diperkuat terlebih dahulu. Tak sedikit,
kader-kader Muhammadiyah kepincut dengan ideologi dan pemikiran di luar
Muhammadiyah. Bukan hal yang salah kita belajar ideologi di luar Muhammadiyah
dalam rangka memperjuangkan kemanusiaan.
Namun harus Muhammmadiyah juga menaruh kepedulian yang besar terhadap
kemanusiaan, membela kaum yang lemah, bahkan dalam hal ekologi. Maka, belajar
ideologi lain dalam rangka menambah kazanah pemikiran. Belajar ideologi
Muhammadiyah dalam rangka meningkatkan kewaspadaan kita akan ideologi &
pemikiran yang menyimpang serta menjadi dasar argumen kita untuk meng-counter
masuknya ideologi lain di lingkungan Muhammadiyah.
Setelah melakukan hal-hal dalam
ranah internal diatas, maka akan sia-sia bila ilmu kita hanya mengendap dalam
ruang-ruang diskusi dan tulisan. Muhammadiyah adalah gerakan amal. Tentu kita
ingat cerita K.H. Ahmad Dahlan yang mengulang-ulang mengajarkan Q.S. Al-Ma’un
dan Al-Ashr karena muridnya belum mengamalkan ajaran-ajaran dari dua surat
tersebut. Dari kisah tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa ilmu harus
diamalkan, dan amal harus berdasarkan ilmu. Setelah mempelajari sesuatu sebagai
pondasi kita beramal, harus diwujudkan menjadi praksis gerakan agar dapat
dirasakan masyarakat pada umumnya. Maka kami juga merumuskan sikap di ranah
eksternal (apa yang harus kita lakukan keluar dari diri kita) berupa :
1.
Meningkatkan gerakan-gerakan sosial masyarakat
Ketika
kita sepakat bahwa refleksi tentang PKI bagi kita kader IMM adalah sarana
merawat nalar kemanusiaan. Maka IMM juga harus melakukan gerakan-gerakan sosial kemasyarakatan. Sebagai
langlah kongkrit kita membela kemanusiaan. Banyak hal yang bisa kita lakukan,
melakukan gerakan filantropi, pembinaan masyarakat, aktif di penaggulangan
kebencanaan dll. Baik itu pribadi kita, IMM secara instansi, atau mengandeng
pihak-pihak lain.
# BIDANG RPK PC IMM KARANGANYAR
PENULIS : INTAN KUSUMAWARDANI ( KABID RPK PC IMM KARANGANYAR)
EDITOR : ATHA ZHA ZHA ZAKY ( SEKBID RPK PC IMM KARANGANYAR)
LAYOUT : MEDKOM PC IMM KARANGANYAR
[1] Sebelum pergi ke Indonesia Sneevliet aktif sebagai anggota SDAP (Sociaal Democractische Arbeiders Partij). Tahun 1909 Sneevliet keluar dan menekuni dunia perdagangan “Pada tahun 1913 H.J.F.M. Sneevliet (1883-1942) tiba di Indonesia.”Sneevliet awalnya sebagai seorang penganut mistik katolik dan memulai karirnya di Indonesia sebagai anggota staf redaksi Soerabajaasch Handelsblaad. Kemudian ia hijrah ke Semarang dan bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Semarangsche Handelvereniging. Tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet bersama B.J.A. Bransteder, H.W. Dekker, P. Bergsma dan Semaun mendirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging).
[2] Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jilid 12. Jakarta. PT Cipta Adipustaka. 1990. hlm.88
[3] M.C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta. Gajah Mada University. hlm. 265
0 Komentar